Diriwayatkan
dari Abu Dar’da Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
telah bersabda tentang doa Nabi Dawud ‘Alaihis Salam, beliau berkata:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَالعَمَلَ الَّذِي
يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي
وَأَهْلِي ، وَمِنَ المَاءِ البَارِدِ
“Ya
Allah, sungguh aku minta kepada-Mu rasa cinta kepada-Mu, dan mencintai orang
yang mencintaimu, dan amal yang menyampaikan kami kepada cintaMu,. Ya Alah
jadikan kecintaan kepada-Mu lebih aku cintai daripada diriku sendiri,
keluargaku, dan dari air yang dingin.” (HR. Al-Tirmidzi)
Ini
adalah kabar berita dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang doa Nabi
Dawud ‘alaihissalam. Beliau berdoa kepada Rabbnya, Allah Subahanahu wa Ta'ala,
dan mendekatkan diri kepada-Nya untuk dikabulkan permintaannya ini.
Kandungan
doa ini sangat istimewa;
yaitu meminta kepada Allah agar memberikan taufik pembacanya untuk mencintai Allah, mencintai apa yang dicintai-Nya dan mencintai karena-Nya.
yaitu meminta kepada Allah agar memberikan taufik pembacanya untuk mencintai Allah, mencintai apa yang dicintai-Nya dan mencintai karena-Nya.
Pertama,
“Ya Allah, aku meminta kepadamu kecintaan kepada-Mu” meminta kepada Allah agar
memberinya petunjuk dan taufik untuk mencintai Allah. Karena cinta kepada Allah
tidak terwujud kecuali dengan taufik dari-Nya.
Seseorang
tidak akan mencintai Allah kecuali setelah Allah memberikan kecintaan
kepadanya. Ini sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta'ala,
يٰأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي ٱللَّهُ
بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
“Hai
orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54) Doa ini menngandung
permintaan agar Allah mencintai dirinya.
Cinta
kepada Allah termasuk pokok iman yang mendorong diri untuk mengabdi (beribadah)
kepada-Nya. Cinta inilah yang mendorong kepada kebaikan dan menuntun kepada
kemuliaan. Karenanya, setiap muslim wajib memenuhi hatinya dengan rasa cinta
kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan menguatkannya sehingga ia mencintai utusan-Nya
dan syariat-Nya. Dengan kecintaan ini ia akan cinta atau suka kepada shalat,
zakat, puasa, umrah, haji, tilawah, dan segala bentuk ibadah lainnya.
Kedua,
“mencintai orang yang mencintai Allah” setelah seseorang cinta kepada Allah, ia
harus cinta kepada kaum muslimin yang mencintai Allah. Yaitu orang-orang yang
sibuk mewujudkan cinta kepada Allah. Karena Allah mencintai mereka. Rasa cinta
kepada Allah menuntut mencintai siapa-siapa yang dicintai Allah.
Ketiga,
meminta kepada Allah agar memberi taufik kepada dirinya untuk mencintai
amal-amal yang menghantarkan kepada kecintaan-Nya. Kecintaan ini menjadi bukti
benarnya kecintaan kepada Allah. Caranya, taat kepada Allah dengan melaksanakan
amal-amal yang menghantarkan kepada keridhaan-Nya dan menjauhi setiap amal yang
membuat Allah murka dan mejauhkan dirinya dari Allah.
Ringkas
dari doa ini bahwa para nabi dan rasul sangat cinta kepada Allah sehingga
mereka senang mendekatkan diri kepada Allah dan melaksanakan ibadah kepada-Nya.
Siapa
yang mencintai Allah dan berharap Allah benar-benar mencintai-Nya hendaknya
menempuh sebab yang telah ditetapkan Allah. Yaitu iman kepada rasul-Nya dan
mengikuti sunnah-sunnahnya.
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Penutup
Cinta kepada Allah membuahkan semangat dan kenikmatan ibadah
kepada-Nya. Sedangkan ibadah adalah tujuan dan hikmah diciptakannya manusia.
Mulianya manusia ditentukan ibadahnya kepada Allah. Pentingnya meminta
kecintaan kepada Allah ini agar diri ini semangat dan nikmat beribadah. Wallahu
A’lam