Relawan muda (youth volunteer) memiliki kontribusi besar terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia. Relawan adalah seseorang yang meluangkan waktu yang dimilikinya untuk hal-hal baik dengan tujuan dan cara-cara yang baik pula. Menjadi seorang relawan harus berdasarkan hati nurani sendiri, bukan karena ada kesempatan tetapi ia yang mencari kesempatan itu. Bukan pula dikerjakan diwaktu luang, tetapi ia yang meluangkan waktu untuk mengerjakannya.
Terlebih dalam urusan pendidikan, saat ini relawan muda adalah sosok yang sangat dibutuhkan untuk membangun pendidikan yang lebih maju terutama di daerah pelosok Indonesia. Karena hingga saat ini sistem pendidikan di Indonesia sangat tertinggal dengan negara lain. Pemuda adalah tonggak berdiri dan kekuatan suatu negara. Apabila ingin melihat baik-buruknya suatu negara, maka tengoklah pemudanya. Syaikh Mustofa Al-Ghoyani berkata:
إنّ في يدّ شبّان أمرالأمّة وفي أقدامها حيتها
“sesungguhnya ditangan pemudalah urusan suatu kaum, dan di kaki merekalah terdapat kehidupan suatu ummat(negeri)”
Pemuda menjadi sosok yang memiliki peran penting dalam urusan suatu negeri. Untuk itu mengapa dalam kegiatan atau aktivitas kerelawanan pemuda harus turut serta di dalamnya karena sangat dibutuhkan untuk membangun sistem pendidikan di negeri Indonesia tercinta ini.
Ada sebuah kisah yang sangat menginspirasi para pemuda agar tergerak hatinya untuk menjadi seorang volunteer muda. Sebut saja Khair, ia merupakan sosok relawan muda perempuan yang mendedikasikan dirinya untuk mengabdi di sebuah desa terpencil di kota Bogor. Awalnya ia tidak begitu tertarik dengan kegiatan kerelawanan di himpunan jurusannya tersebut. Ia hanya menjadi bagian dari himpunan jurusan tersebut, tetapi masih belum tertarik untuk ikut serta karena merasa belum siap terjun dalam kegiatan yang sudah berjalan sejak awal ia masuk kuliah.
Sampai akhirnya, Khair diberi kesempatan kembali untuk mengikuti kegiatan tersebut ketika ia sudah keluar dari himpunan jurusannya. Saat itu di kampusnya ada open recruitment menjadi seorang relawan muda untuk para peserta diluar himpunan mahasiswa jurusan tersebut. Khair mendaftarkan diri sebagai panitia dari kegiatan volunteer muda tersebut. Ia mencalonkan diri menjadi seorang guru untuk kegiatan ke-volunteer-an itu dan mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ia mengabdikan dirinya di sebuah desa terpencil selama 10 hari serta terjun ke banyak sekolah dan lembaga pengajian anak-anak seperti TPA/PAUD. Selain itu, ia beserta rekan yang lainnya juga terjun langsung dalam memberdayakan masyarakat setempat. Memberikan edukasi kepada anak-anak serta masyarakat yang belum pernah diterima oleh masyarakat itu. Seperti pembelajaran dalam praktik manasik haji. Ia beserta rekan volunteer muda lainnya mendesain karikatur kakbah untuk mengajari praktik ibadah manasik haji kepada masyarakat dan anak-anak di desa setempat.
Metode yang Khair gunakan selama mengajar adalah metode fun learning yaitu proses pembelajaran yang edukatif namun menyenangkan. Agar tidak bosan dalam belajar, para relawan muda tersebut juga menambahkan beberapa kegiatan yang aktif dan kreatif, seperti membuat permainan yg menyenangkan dan jadwal olahraga yg teratur agar masyarakat setempat tetap sehat-bugar dan anak-anak pun bebas berekspresi dalam banyak hal. Di lembaga TPA yang mereka buat, diterjunkan sebanyak 4 orang relawan muda untuk mengajar ngaji, membaca, menulis, menghafal Al-Quran, serta pendidikan ilmu agama Islam.
Selain di bidang pendidikan, kontribusi lainnya yang mereka berikan pada masyarakat setempat adalah mereka mem-fasilitasi alat penyemprot nyamuk dan menyosialisasikan kepada kaum muda desa setempat untuk terjun langsung dalam memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar. 10 hari merupakan waktu yang terbilang lama untuk mengabdi dan terjun langsung kepada masyarakat yang cukup terbelakang soal pendidikan, terutama pendidikan agama yang merupakan pondasi yang seharusnya sudah dibangun sejak dini. Namun karena minimnya pengetahuan dan akses yang lumayan sulit dijangkau, menjadikan mereka masyarakat yang sedikit tertinggal pendidikannya ketimbang masyarakat lain di negeri ini.
Kegiatan yang Khair dan rekan-rekannya lakukan sangat menarik, edukatif, dan menyenangkan. Serta dapat mendidik para pemuda supaya lebih bersyukur dan belajar lebih lagi tentang kesederhanaan dalam hidup. Memotivasi para pemuda lain supaya hatinya lebih tergerak untuk menolong banyak orang dan mendedikasikan hidupnya supaya berguna untuk orang lain, seperti yang temaktub dalam firman Allah SWT di Surat Ali-Imron ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Begitupun dalam sabda Nabi Saw yang diriwayatkan dari Jabir r.a:
خير الناس أنفعهم للناس
“...sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR.Thabrani dan Daruquthni)
“Kita itu diciptakan tidak hanya dari dan untuk orang-orang di sekeliling kita. Sekali-kali tengoklah ke desa, banyak sekali pelajaran berharga dari kesederhanaan mereka dan banyak sekali jasa orang-orang yang berjuang di desa yang dapat dinikmati khalayak ramai di kota.”
–Khairiyyah-