Dalam kehidupan ini, adakalanya manusia
terjatuh sampai pada tingkatan yang terendah, disebabkan ketidakmauan
dan ketidakmampuannya mengoptimalkan segala potensi yang telah
dianugerahkan Allah Swt. kepadanya. Sebaliknya, ketika potensi yang
dimiliki mampu dioptimalkan, manusia mampu mencapai kedudukan yang
tinggi, bahkan melebihi derajat para malaikat. Karenanya setiap upaya
mengingatkan, selalu ada potensi ketidaksempurnaan. Terutama, ketika
Kita tidak memerhatikan secara detail sisi-sisi kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki setiap manusia.
Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedikit pun
Islam tidak pernah mengotak-ngotakkan sisi-sisi manusia, siapa pun ia.
Sisi negatif manusia, Islam dekati dengan cara memberi larangan dan
ancaman, sementara sisi positif Islam dorong dengan beragam anjuran dan
dorongan. Oleh karena itulah, dalam Islam terdapat ajaran al-Khauf (rasa
takut akan ancaman) dan al-Raja' (berharap mendapat semua kebaikan),
juga konsep surga (sebagai balasan apabila manusia mau melakukan setiap
anjuran ajaran Islam) dan neraka (sebagai balasan apabila manusia
terjerumus kepada setiap larangan ajaran Islam).
Ikhlas berdakwah tanpa pamrih adalah jalan yang harus ditempuh seorang pendakwah. Karena, ia bertugas menyampaikan sesuatu yang benar, sehingga ia harus
melakukannya dengan ikhlas dan jujur. Jika seorang da'i tidak mempunyai
qalbu yang ikhlas dan jujur, maka dakwah yang ia sampaikan tidak akan
berguna sedikit pun bagi para pendengarnya. Setiap da'i hendaknya merasa
khawatir kalau dakwahnya tidak diiringi sikap ikhlas, seperti pada saat
ia sempat berharap imbalan atau pujian dari objek dakwahnya. Ketika
seorang da'i telah berharap mendapat imbalan dari tugas dakwahnya, maka
keikhlasannya akan hilang. Tentang masalah ini, Al-Qur'an telah
menyebutkan sebagai berikut, “Dan aku sekali-kali tidak meminta upah
kepada kalian atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari
Tuhan semesta alam,” (QS al-Syu'arĂ¢' [26]: 109).
Para da'i adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak para
Nabi serta Rasul. Khususnya, pada masa belakangan ini seorang da'i harus
mengisi sanubari, akal, dan pandangan hidupnya dengan semua tuntunan
Al-Qur'an. Kalau tidak, maka orang lain akan menuduh mereka sebagai
orang-orang yang suka berbohong. Sebab, mereka menjadikan dakwah dan
agamanya hanya sebagai sarana untuk mencari uang semata. Oleh karena
itu, mereka tidak perlu dipercaya, baik perilaku maupun tutur kata yang
mereka sampaikan.
Sebenarnya jika para da'i hanya menjadikan dakwah mereka sebagai
sarana untuk mencari kekayaan, maka dakwah yang dilakukan tidak akan
menyentuh lubuk sanubari para pendengar. Sebab, mereka mengetahui bahwa
yang disebarkan melalui dakwah dimaksud hanyalah suatu kebohongan
belaka.
Namun demikian, masih ada juga sejumlah da'i yang berdakwah dengan
ikhlas. Mereka berjuang mati-matian untuk menciptakan kebahagiaan hidup
orang lain. Merekalah orang-orang yang berjuang dengan ikhlas karena
Allah semata. Mayoritas mereka hidup sederhana, bahkan tidak mempunyai
harta yang cukup untuk membeli kain kafan sendiri. Menurut hemat Saya,
para da'i yang seperti itulah yang diharapkan oleh masyarakat Islam
dewasa ini, karena mereka adalah pewaris para Nabi serta Rasul.
sumber: Fethullah Gulen, Dakwah Jalan Terbaik Dalam Berpikir dan Menyikapi Hidup
Masya Allah...kisahnya menginspirasi
BalasHapus