Minggu, 29 Desember 2019

Ikhlas dalam berdakwah

Dalam kehidupan ini, adakalanya manusia terjatuh sampai pada tingkatan yang terendah, disebabkan ketidakmauan dan ketidakmampuannya mengoptimalkan segala potensi yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepadanya. Sebaliknya, ketika potensi yang dimiliki mampu dioptimalkan, manusia mampu mencapai kedudukan yang tinggi, bahkan melebihi derajat para malaikat. Karenanya setiap upaya mengingatkan, selalu ada potensi ketidaksempurnaan. Terutama, ketika Kita tidak memerhatikan secara detail sisi-sisi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap manusia. Islam memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh. Sedikit pun Islam tidak pernah mengotak-ngotakkan sisi-sisi manusia, siapa pun ia. Sisi negatif manusia, Islam dekati dengan cara memberi larangan dan ancaman, sementara sisi positif Islam dorong dengan beragam anjuran dan dorongan. Oleh karena itulah, dalam Islam terdapat ajaran al-Khauf (rasa takut akan ancaman) dan al-Raja' (berharap mendapat semua kebaikan), juga konsep surga (sebagai balasan apabila manusia mau melakukan setiap anjuran ajaran Islam) dan neraka (sebagai balasan apabila manusia terjerumus kepada setiap larangan ajaran Islam).

Ikhlas berdakwah tanpa pamrih adalah jalan yang harus ditempuh seorang pendakwah. Karena, ia bertugas menyampaikan sesuatu yang benar, sehingga ia harus melakukannya dengan ikhlas dan jujur. Jika seorang da'i tidak mempunyai qalbu yang ikhlas dan jujur, maka dakwah yang ia sampaikan tidak akan berguna sedikit pun bagi para pendengarnya. Setiap da'i hendaknya merasa khawatir kalau dakwahnya tidak diiringi sikap ikhlas, seperti pada saat ia sempat berharap imbalan atau pujian dari objek dakwahnya. Ketika seorang da'i telah berharap mendapat imbalan dari tugas dakwahnya, maka keikhlasannya akan hilang. Tentang masalah ini, Al-Qur'an telah menyebutkan sebagai berikut, “Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam,” (QS al-Syu'arĂ¢' [26]: 109).

Para da'i adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak para Nabi serta Rasul. Khususnya, pada masa belakangan ini seorang da'i harus mengisi sanubari, akal, dan pandangan hidupnya dengan semua tuntunan Al-Qur'an. Kalau tidak, maka orang lain akan menuduh mereka sebagai orang-orang yang suka berbohong. Sebab, mereka menjadikan dakwah dan agamanya hanya sebagai sarana untuk mencari uang semata. Oleh karena itu, mereka tidak perlu dipercaya, baik perilaku maupun tutur kata yang mereka sampaikan.

Sebenarnya jika para da'i hanya menjadikan dakwah mereka sebagai sarana untuk mencari kekayaan, maka dakwah yang dilakukan tidak akan menyentuh lubuk sanubari para pendengar. Sebab, mereka mengetahui bahwa yang disebarkan melalui dakwah dimaksud hanyalah suatu kebohongan belaka.
Namun demikian, masih ada juga sejumlah da'i yang berdakwah dengan ikhlas. Mereka berjuang mati-matian untuk menciptakan kebahagiaan hidup orang lain. Merekalah orang-orang yang berjuang dengan ikhlas karena Allah semata. Mayoritas mereka hidup sederhana, bahkan tidak mempunyai harta yang cukup untuk membeli kain kafan sendiri. Menurut hemat Saya, para da'i yang seperti itulah yang diharapkan oleh masyarakat Islam dewasa ini, karena mereka adalah pewaris para Nabi serta Rasul.

sumber: Fethullah Gulen, Dakwah Jalan Terbaik Dalam Berpikir dan Menyikapi Hidup
Share:

1 komentar: