Allah berfirman dalam Al-Qur’an pada
surat al Hadiid [57] ayat 20, yang artinya :
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudai tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur…Dan kehidupan dunia ini tidak lain
adalah hanyalah kesenangan yang menipu”.
Perjalanan hidup manusia tidak ada
ubahnya bagaikan kisah penyelam mutiara. Seorang penyelam mutiara, dalam melaksanakan
tugasnya selalu dibekali dengan tabung oksigen yang terpasang di punggungnya. Pada
saat ia terjun menyelam, niatnya bulat ingin mencari tiram mutiara sebanyak-banyaknya.
Tetapi begitu ia ada di bawah permukaan laut, ia mulai lupa pada apa yang harus
dicarinya. Kenapa? Ternyata pemandangan di dalam laut sangat mempesona. Bunga karang
yang melambai-lambai seolah-olah memanggilnya; ikan-ikan hias berwarna-warni
yang saling berkejaran membuatnya terpana. Ia pun lalu terlena ikut bercanda
ria, melupakan tugasnya semula untuk mencari tiram mutiara yang berada jauh di
dasar laut sana.
Hingga pada suatu saat, dia terkejut
manakala disadarinya oksigen yang berada di punggungnya tinggal sedikit lagi. Timbullah
rasa takutnya. Tak terbayangkan olehnya bagaimana kemarahan majikannya kelak
bila ia muncul di permukaan tanpa membawa tiram mutiara sebanyak yang diharapkan.
Maka dengan tergopoh-gopoh ia pun berusaha untuk mencari tiram mutiara yang ada
di sekitarnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah
habis terkuras bercanda ria dengan keindahan alam bawah laut.
Akhirnya tabung oksigennya
benar-benar kosong, sehingga walaupun tiram mutiara yang diperolehnya sangat sedikit,
ia mau tidak mau harus muncul ke permukaan. Malangnya lagi, karena tergesa-gesa
dia tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga ketika tersenggol ikan
yang berseliweran di sampingnya, tiram Mutiara yang didapatnya dengan susah
payah itu sebagian tertumpah ke luar.
Di permukaan, majikannya telah menunggu.
Begitu dilihatnya isi kantong mutiara penyelam tidak berisi tiram mutiara sebagaimana
yang ia harapkan, maka tumpahlah caci
makinya; dan saat itu juga si penyelam dipecatnya tanpa pesangon sedikit pun! Tentu
saja bisa kita bayangkan bagaimana gundahnya perasaan si penyelam! Dengan penuh
rasa penyesalan, si penyelam berusaha meminta kesempatan ulang untuk menyelam
kembali, “Tuan, ijinkanlah aku untuk menyelam kembali, pasti aku akan mencari
tiram mutiara sebanyak-banyaknya!”. Namun majikannya denga tegas menolak, “Percuma
engkau diberi kesempatan, ternyata engkau hanya pandai membuang-buang oksigen
saja!”
Kisah ini amat mirip dengan perjalanan
hidup manusia di dunia. Tabung oksigen adalah perlambag jatah umur manusia; tiram mutiara mengibaratkan pahala yang harus kita kumpulkan; dan tiram mutiara yang
tumpah mengumpamakan pahala yang hilang karena riya’; sedangkan
keindahan yang ada di dalam lautan melambangkan godaan-godaan kenikmatan
duniawi dengan harta, tahta dan wanitanya!
Marilah kita introspeksi diri, sudah
cukupkah tiram mutiara yang kita peroleh, sehingga bila suatu saat kita harus
muncul ke permukaan menemui manjikan kita, Allah swt, Ia ridha menerima
kita. Apalagi Ia telah berfirman dalam surat Al Ankabut [29]: 64, yaitu:
“Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main,
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan”.
Sumber : Alibasyah, Permadi.2001.Sentuhan Kalbu Melalui Kultum. Jakarta:Yayasan Mutiara Tauhid
0 komentar:
Posting Komentar