Salah
satu impian manusia sejak lama adalah membelah langit, terbang ke angkasa
sebagaimana seekor burung. Dan mimpi tersebut pertamakali berhasil diwujudkan
oleh seorang muslim yang hidup di masa ketika peradaban Islam menjadi Sokoguru
peradaban dunia. Dia adalah Abu Al Qasim, Abbas bin Firnas bin Wirdas at
Takurini al Andalusi al Qurthubi lahir pada tahun 810 M. Dia lahir di kota
Ronda dan menghabiskan hidupnya di Cordova, ibukota Andalusia (Spanyol dan
Portugal saat ini). Kota Cordova saat itu merupakan kiblat ilmu pengetahuan dan
salah satu tempat favorit para penuntut ilmu dari Asia, Eropa dan Afrika. Abbas
bin Firnas memulai petualangan ilmu pengetahuannya dengan mempelajari al Qur’an
di sebuah Kuttab di wilayah Cordova. Ketika dewasa dia mengabdikan dirinya pada
pemerintahan Abdurrahman Al Awsath bin Al Hakam bin Hisyam bin Abdurrahman Ad
Dakhil.
Sebagaimana
kebanyakan ulama dan ilmuwan muslim saat itu, Abbas bin Firnas juga adalah seorang
polymath, yakni seseorang yang menguasai banyak ilmu pengetahuan. Dia adalah
seorang penemu, filosof dan juga penyair. Dia menguasai ilmu kimia, Teknik,
kedokteran, astronomi, syair dan musik. Beberapa karyanya antara lain : Jam air
bernama Al Maqata, alat hitung
bernama Al Munaqalah, kaca
pembesar untuk membaca, alat simulasi pergerakan planet dan bintang.
Planetarium yang terbuat dari kaca dan Teknik pemotongan kristal. Karyanya yang
paling fenomenal dan membuat Namanya harum hingga saat ini adalah alat terbang.
Karya tersebut mendahului alat terbang yang didesain oleh Leonardo da Vinci
yang hidup tahun 600 tahun kemudian. Rancangan da Vinci masih dalam
bentuk sketsa dan tidak pernah direalisasikan.
Uji
coba terbang perdananya dilakukan di tahun 852 dari puncak menara masjid Agung
Cordova (Mezquita de Cordoba). Saat itu dia menggunakan semacam parasut
yang dilengkapi dengan penopang kayu. Percobaan saat itu gagal. Namun dia tidak
menyerah. 20 tahun setelah itu dia menyempurnakan alat terbangnya yang telah
dilengkapi dengan sepasang sayap. Di usia hampir 70 tahun, Abbas bin Firnas
kembali mencoba untuk membelah langit dengan alat terbangnya tersebut. Dia
kemudian terbang sekitar beberapa menit dia berhasil mengangkasa. Namun saying
pendaratannya tidak berjalan dengan mulus. Abbas bin Firnas melesat jatuh ke
bumi. Dia selamat dalam insiden tersebut namun alat terbangnya rusak dan salah
satu ruas belakangnya patah. Pada akhirnya dia menyadari bahwa desain alatnya
tidak dilengkapi dengan ekor yang menjadi penyeimbang ketika mendarat.
Dia
tak sempat menyempurnakan alatnya dan melakukan uji coba terbang lagi karena
sakit akibatnya terjatuh sebelumnya dan usianya yang sudah tidak muda lagi.
Kisah penerbangan perdananya kemudian viral ke seluruh penjuru Eropa dan
kemungkinan menjadi inspirasi seorang rahib dari Inggris, Elimer of
Malmesbury yang juga berhasil membuat alat terbang tiga abad setelahnya.
Malangnya dia juga jatuh sebagaimana Abbas bin Firnas. Nama Abbas bin Firnas
diabadikan menjadi nama observatorium di kota kelahirannya, Ronda dan jembatan
di kota Cordova, Spanyol IAU (Internasional Astronomical Union) juga
mengabadikan Namanya menjadi salah satu nama kawah yang ada di permukaan bulan.
Penerbangan
kedua berasal Turki Utsmani. Dia adalah seorang pemuda bernama Hazerfan Ahmad Celebi. Hezarfan hidup
di masa pemerintahan Sultan Murad IV (1032-1049 H/1622-1639 M) yang dikenal
sebagai pendiri kedua daulah Utsmaniyah. Hezarfen sendiri berasal dari gabungan
Bahasa Persia: Hazar dan Arab: Fan
yang bermakna “1000 ilmu pengetahuan”. Gelar Hezarfen tersebut diberikan oleh
Evliya Celebi, seorang penjelajah Tuki Utsmani yang menulis buku berjudul Seyahatname
(Book of Travel). Saudara Hezarfen, Lagari Hasan Celebi sebelumnya juga
berhasil meluncur ke langit bersama roketnya yang berbahan bakar 60 bubuk
mesiu.
Lagari
Hasan Celebi meluncur dari istana Topkapi dan mendarat dengan selamat di laut
menggunakan parasut sederhana. Alat terbang Hezarfen Ahmed Celebi terinspirasi
dari struktur sayap burung yang dia teliti. Dia juga beberapa kali melakukan
eksperimen untuk menguji kinerja alat terbang tersebut. Di tahun 1638 M,
Hezarfen melakukan penerbangan perdananya di atas Menara Gallat setinggi 65,29
meter. Dari Menara Gellata yang berlokasi di Konstatinopel, wilayah Turki
Utsmani bagian Eropa, dia terbang menuju selat Bosphorus. Dia kemudia mendarat
dengan mulus di distrik Uskudar yang berada di Anatolia, Turki Utsmani bagian
Asia. Sultan Murad Iv ikut menyaksikan aksi penerbangan tersebut dari mansion
milik arsitek Sinan Pasha yang berada di Sarayburnu. Jarak yang ditempuh oleh
Hezarfen Ahmed Celebi adalah sejauh 3,4 kilometer. Dia kemudian dikenal sebagai
penerbang lintas benua pertama di dunia. Sultan Murad IV memberikan hadiah
berupa ribuan koin emas atas prestasi bersejarah yang berhasil ditorehnya.
Namun banyak yang tak suka keberhasilannya. Dia difitnah lalu kemudian
diasingkan jauh dari Konstatinopel.
Sumber
:
Youtube
: Cordova Media
0 komentar:
Posting Komentar