Rabu, 01 Januari 2020

Kisah Dua Penerbang Muslim Asal Andalusia dan Turki Utsmani


Salah satu impian manusia sejak lama adalah membelah langit, terbang ke angkasa sebagaimana seekor burung. Dan mimpi tersebut pertamakali berhasil diwujudkan oleh seorang muslim yang hidup di masa ketika peradaban Islam menjadi Sokoguru peradaban dunia. Dia adalah Abu Al Qasim, Abbas bin Firnas bin Wirdas at Takurini al Andalusi al Qurthubi lahir pada tahun 810 M. Dia lahir di kota Ronda dan menghabiskan hidupnya di Cordova, ibukota Andalusia (Spanyol dan Portugal saat ini). Kota Cordova saat itu merupakan kiblat ilmu pengetahuan dan salah satu tempat favorit para penuntut ilmu dari Asia, Eropa dan Afrika. Abbas bin Firnas memulai petualangan ilmu pengetahuannya dengan mempelajari al Qur’an di sebuah Kuttab di wilayah Cordova. Ketika dewasa dia mengabdikan dirinya pada pemerintahan Abdurrahman Al Awsath bin Al Hakam bin Hisyam bin Abdurrahman Ad Dakhil.

Sebagaimana kebanyakan ulama dan ilmuwan muslim saat itu, Abbas bin Firnas juga adalah seorang polymath, yakni seseorang yang menguasai banyak ilmu pengetahuan. Dia adalah seorang penemu, filosof dan juga penyair. Dia menguasai ilmu kimia, Teknik, kedokteran, astronomi, syair dan musik. Beberapa karyanya antara lain : Jam air bernama  Al Maqata, alat hitung bernama  Al Munaqalah, kaca pembesar untuk membaca, alat simulasi pergerakan planet dan bintang. Planetarium yang terbuat dari kaca dan Teknik pemotongan kristal. Karyanya yang paling fenomenal dan membuat Namanya harum hingga saat ini adalah alat terbang. Karya tersebut mendahului alat terbang yang didesain oleh Leonardo da Vinci yang hidup tahun 600 tahun kemudian. Rancangan da Vinci masih dalam bentuk sketsa dan tidak pernah direalisasikan.

Uji coba terbang perdananya dilakukan di tahun 852 dari puncak menara masjid Agung Cordova (Mezquita de Cordoba). Saat itu dia menggunakan semacam parasut yang dilengkapi dengan penopang kayu. Percobaan saat itu gagal. Namun dia tidak menyerah. 20 tahun setelah itu dia menyempurnakan alat terbangnya yang telah dilengkapi dengan sepasang sayap. Di usia hampir 70 tahun, Abbas bin Firnas kembali mencoba untuk membelah langit dengan alat terbangnya tersebut. Dia kemudian terbang sekitar beberapa menit dia berhasil mengangkasa. Namun saying pendaratannya tidak berjalan dengan mulus. Abbas bin Firnas melesat jatuh ke bumi. Dia selamat dalam insiden tersebut namun alat terbangnya rusak dan salah satu ruas belakangnya patah. Pada akhirnya dia menyadari bahwa desain alatnya tidak dilengkapi dengan ekor yang menjadi penyeimbang ketika mendarat.

Dia tak sempat menyempurnakan alatnya dan melakukan uji coba terbang lagi karena sakit akibatnya terjatuh sebelumnya dan usianya yang sudah tidak muda lagi. Kisah penerbangan perdananya kemudian viral ke seluruh penjuru Eropa dan kemungkinan menjadi inspirasi seorang rahib dari Inggris, Elimer of Malmesbury yang juga berhasil membuat alat terbang tiga abad setelahnya. Malangnya dia juga jatuh sebagaimana Abbas bin Firnas. Nama Abbas bin Firnas diabadikan menjadi nama observatorium di kota kelahirannya, Ronda dan jembatan di kota Cordova, Spanyol IAU (Internasional Astronomical Union) juga mengabadikan Namanya menjadi salah satu nama kawah yang ada di permukaan bulan.

Penerbangan kedua berasal Turki Utsmani. Dia adalah seorang pemuda  bernama Hazerfan Ahmad Celebi. Hezarfan hidup di masa pemerintahan Sultan Murad IV (1032-1049 H/1622-1639 M) yang dikenal sebagai pendiri kedua daulah Utsmaniyah. Hezarfen sendiri berasal dari gabungan Bahasa Persia: Hazar  dan Arab: Fan yang bermakna “1000 ilmu pengetahuan”. Gelar Hezarfen tersebut diberikan oleh Evliya Celebi, seorang penjelajah Tuki Utsmani yang menulis buku berjudul Seyahatname (Book of Travel). Saudara Hezarfen, Lagari Hasan Celebi sebelumnya juga berhasil meluncur ke langit bersama roketnya yang berbahan bakar 60 bubuk mesiu.

Lagari Hasan Celebi meluncur dari istana Topkapi dan mendarat dengan selamat di laut menggunakan parasut sederhana. Alat terbang Hezarfen Ahmed Celebi terinspirasi dari struktur sayap burung yang dia teliti. Dia juga beberapa kali melakukan eksperimen untuk menguji kinerja alat terbang tersebut. Di tahun 1638 M, Hezarfen melakukan penerbangan perdananya di atas Menara Gallat setinggi 65,29 meter. Dari Menara Gellata yang berlokasi di Konstatinopel, wilayah Turki Utsmani bagian Eropa, dia terbang menuju selat Bosphorus. Dia kemudia mendarat dengan mulus di distrik Uskudar yang berada di Anatolia, Turki Utsmani bagian Asia. Sultan Murad Iv ikut menyaksikan aksi penerbangan tersebut dari mansion milik arsitek Sinan Pasha yang berada di Sarayburnu. Jarak yang ditempuh oleh Hezarfen Ahmed Celebi adalah sejauh 3,4 kilometer. Dia kemudian dikenal sebagai penerbang lintas benua pertama di dunia. Sultan Murad IV memberikan hadiah berupa ribuan koin emas atas prestasi bersejarah yang berhasil ditorehnya. Namun banyak yang tak suka keberhasilannya. Dia difitnah lalu kemudian diasingkan jauh dari Konstatinopel.

Sumber :
Youtube : Cordova Media


Share:

0 komentar:

Posting Komentar